Header Ads

Apa yang terucap akan lenyap, apa yang tertulis akan mengabadi

Konspirasi Global Cina di Balik Asia Sentinel, Habisi SBY Untuk Bunuh Prabowo di Pilpres


Laporan ‘Indonesia’s SBY Government: ‘Vast Criminal Conspiracy’ yang disiarkan Asia Sentinel (AS) adalah konspirasi global. Ini siklus lima tahunan, ritual keji saban pemilu nasional.  Ini konspirasi menghabisi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menjegal langkah Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
Siapa AS? AS adalah media berbasis di Hong Kong yang meski mengklaim independen tapi punya agenda terselubung. AS adalah pengawal dan corong ambisi proyek “jalur sutra abad 21”-nya Cina. Itu sebabnya, AS banyak menyoroti negara-negara di sepanjang “jalur sutra abad 21”. Termasuk Malaysia, Indonesia dan Mauritius yang jadi targetnya.
Konspirasi AS tampak benar di Malaysia. Mula-mula AS mendukung pengleseran Najib Razak dari kursi perdana menteri karena terlalu pro Amerika Serikat. Kini AS habis-habisan menyerang PM Mahathir Muhammad.
Pasalnya, doctor M menggaungkan isu kemandirian Melayu dan mengkritisi proyek “jalur sutra abad 21”. AS sampai-sampai menjuluki Mahathir sebagai “Prophet of Doom” alias Nabi Kehancuran. Model yang sama mau diterapkan pula di Indonesia. Sebab, Indonesia sudah di tubir pemilu 2019.
Cina dan Mauritius berkepentingan mempertahankan status quo. Sebab, pada era pemerintahan Jokowi, utamanya proyek-proyek infrastruktur dan pertambangan didominasi Cina. Parahnya, Cina juga mengangkut buruh-buruhnya. Termasuk buruh kasar yang bikin gesekan sosial sebab dapat perlakukan istimewa dibanding buruh lokal.
Sementara Mauritius punya rekor sebagai negara Afrika dengan nilai investasi terbesar di Indonesia. Pertumbuhan investasi Mauritius begitu pesat. Dari USD 30,67 juta (2015) naik 12 kali lipat jadi USD 567,5 juta (2016). Sedikitnya, ada 250 proyek Mauritius yang ditanamkan di Indonesia.
Cina dan Mauritius juga punya hubungan kuat. Mauritius masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus investasi Cina di Afrika. Investasi Cina di Mauritius sudah dimulai sejak 1990-an. Berkembang pesat sejak tahun 2000-an.
Sungguh celaka bila dalam puncak investasi tersebut mendadak rezim Indonesia berganti. Jokowi lengser, dan Prabowo menjabat Presiden RI ke-8. Cina dan Mauritius pasti kebakaran jenggot.
Sebab Prabowo punya karakter tegas. Isu yang diusungnya bukan main: kemandirian bangsa. Prabowo akan jadi “Mahathir”-nya Indonesia. Jika terpilih kelak, hampir pasti Prabowo akan meninjau ulang seluruh investasi asing di Indonesia. Proyek “jalur sutra abad 21” di bumi Nusantara bisa kandas.
RRC dan Mauritius wajar cemas. Pasalnya, elektoral Prabowo terus naik pasca deklarasi bersama Sandiaga Uno. Arus dukungan kalangan pemilih Islam, kaum milenial, dan barisan emak-emak semakin melambungkan potensi kemenangan Prabowo-Sandi.
Apalagi, Partai Demokrat sudah bergabung pula. Hubungan SBY dan Prabowo tampak semakin mesra. Cetak tangan keberhasilan SBY selama memerintah Indonesia adalah modal politik ampuh bagi  pemenangan Prabowo-Sandi.
Mau-tak mau Cina terpaksa menyusun konspirasi. Menghabisi SBY untuk menjegal Prabowo. Cina membunuh SBY dan Prabowo lewat tangan Mauritius. Asia Sentinel jadi aktor lapangannya.
Mauritius dipilih karena tiga hal. Dua yang pertama adalah kedekatan secara ekonomi dengan Cina dan Indonesia. Alasan ketiga, sebab negara ini tidak akan berisik. Lha, jumlah penduduknya cuma sepersepuluh penduduk DKI Jakarta kok? Sehingga, amat gampang merekayasa laporan Mahkamah Agung Mauritius yang kemudian dijadikan basis pemberitaan Asia Sentinel.
Logika paling dasarnya begini. Bagaimana mungkin Mahkamah Agung negara kecil di pelosok Afrika bisa punya analisis forensik yang jauh-jauh-jauh lebih dahsyat dari KPK? Pasti ada apa-apanya. Siapa yang menyuntik? Jangan gila, Bro!
sumber: politiktoday

Tidak ada komentar