Header Ads

Apa yang terucap akan lenyap, apa yang tertulis akan mengabadi

Ini 12 Prosa Fiksi Tentang Tan Malaka

Sumber: liputan6.com

“Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi” -Tan Malaka

Quote legendaris Tan Malaka di atas tampaknya membuktikan kebenarannya. Terpuruk selama rezim Orde Baru, suara Sang Bapak Republik kembali nyaring pasca reformasi, terutama di kalangan generasi milineal.

Kecuali gagasan-gagasan bernas yang mengalir dari penanya, serta karakternya yang tak kenal kompromi, riwayat perjuangan Tan Malaka yang misterius memang memukau. Pengembaraannya melintasi Asia hingga Eropa:  Hindia Belanda, Semenanjung Malaya, Thailand, Myanmar, Filipina, dataran Tiongkok, hingga Belanda, Jerman dan Rusia, menerbitkan decak kagum.

Tak heran bila Tan Malaka menginspirasi banyak orang, termasuk para pengarang untuk menulis fiksi tentang dirinya. Bahkan boleh disebut, Tan Malaka adalah sosok pejuang kemerdekaan yang pertama kali kisah kehidupannya ditulis dalam bentuk fiksi.

Nah buat kamu-kamu yang ingin mengetahui kehidupan Sang Bapak Republik Indonesia dengan lebih santai, bisa membaca 12 fiksi yang terinspirasi dari kehidupan Tan Malaka di bawah ini.


  • Tetralogi Pacar Merah Matumona (1938-1951)

Sumber: yaniiniyani.blogspot.co.id

Ini merupakan roman pertama yang mengulas sepak-terjang Tan Malaka. Dikarang oleh Hasbullah Parinduri, yang kesohor dengan nama pena Matu Mona. Roman ini terdiri dari empat buku, yaitu: Spionnage-Dienst (1938), Rol Patjar Merah Indonesia cs (1938), Panggilan Tanah Air (1940), dan Penyelidik Militer Khusus (1951).

Kendati ada empat buku, hanya Buku I dan Buku II yang bisa ditemukan di pasaran. Keberadaan Buku III dan IV diketahui dari pengantar sejarawan Belanda, Harry A. Poeze dalam autobiografi Tan Malaka berjudul “Dari Penjara Ke Penjara”. Poeze sendiri diketahui telah meneliti Tan Malaka selama lebih dari empat dasawarsa.

Buku I  dan Buku II mengulas tentang pengembaraan Pacar Merah Indonesia aka Vicitra, julukan bagi Tan Malaka, saat menjadi buruan polisi rahasia internasional. Buku III tidak jelas isinya. Sementara Buku IV berkisah tentang pastisipasi Vicitra dalam revolusi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setting waktu Buku IV pasca Perjanjian Renville saat Tan Malaka masih mendekam dalam tahanan.

  • Dwilogi Pacar Merah Yusdja (1940)  

Kisah Pacar Merah Indonesia selanjutnya dikarang oleh Yusdja. dipublikasikan oleh Penerbit Cerdas di Medan pada 1940. Terdiri dari dua buku. Yang pertama Moetiara Berloempoer: Tiga Kali Patjar Merah Datang Membela diterbitkan pada 1 Februari 1940. Sementara yang kedua diberi judul  Pacar Merah Kembali ke Tanah Air, dipublikasikan pada 15 Mei 1940.

  • Tan Malaka di Medan (1941)
Sumber: goodreads.com

Roman ini diterbitkan pada tahun 1941. Dikarang oleh Emnast, nama pena dari Muchtar Nasution. Roman  ini mengulas perjalanan Tan Malaka pasca menyelesaikan studi di Haarlem Belanda, untuk kemudian bekerja sebagai guru di sebuah perkebunan Belanda di Sumatera Timur. Roman ini menjadi amat berharga mengingat detail keberadaan dan aktivitas politik Tan Malaka di Kota Medan masih relative misterius.

  • Tan Malaka, Alimin, Semaun Berikut Josef Stalin dan Lenin (1946)
Fantasi tentang Tan Malaka tidak berhenti pasca kejatuhan Belanda, dan tegaknya Republik Indonesia. Adalah Tamar Djaja yang mengubah roman berjudul Tan Malaka, Alimin, Semaun Berikut Josef Stalin dan Lenin. Roman ini terbit pada tahun 1946, pada masa revolusi mempertahankan Indonesia. Alurnya berkisah tentang penangkapan Tan Malaka di Teheran, Iran oleh polisi intelejen Belanda

  • Tan Malaka….datang! (1946)
Roman ini digubah oleh Sakti Arga. Alur ceritanya tentang sepak-terjang para aktivis Partai Republik Indonesia (PARI). PARI adalah parpol yang didirikan Tan Malaka, Djamaluddin Tamin dan Subakat di Bangkok pada 1927. Roman ini berkisah tentang operasional Kantor Pusat PARI di Shanghai dan Singapura, rencana konferensi PARI di Punjab India pada 1934, sepak-terjang PARI di Jepang, serta dukungan PARI terhadap gerakan kemerdekaan di Tiongkok.

  • Setan Merah: Muslihat Internationale Tan Malaka (2012)
Sumber: goodreads.com


Novel ini adalah novel pertama tentang Tan Malaka yang ditulis pasca reformasi. Melalui novel ini, Peter Dantovski, sang pengarang, mencoba membongkar mitos di seputar perjalanan dan perikehidupan Bapak Republik Indonesia. Dengan berani, Dantovski mengkritisi sepak-terjang Tan Malaka sehingga menampakan wajah Tan Malaka yang berbeda: seorang agen Komunisme Internasional yang bertugas menjadikan Indonesia sebagai negeri tak berdaulat, sehingga Barat, khususnya komunis, dapat mengeruk hasil alam dan menjadikan Indonesia sebagai negara boneka.

  • Trilogi Tan (2016-2017)
Sumber: imgrum.org

Novel ini dikarang oleh Hendri Teja.  Ketimbang fiksi prosa Tan Malaka sebelumnya, novel ini lebih memotret Tan Malaka secara lebih humanis. Kecuali sepak-terjangnya, juga dibabarkan pergolakan batin Tan Malaka layaknya orang biasa yang bisa jatuh hati, patah hati, luluh-lantak oleh pengkhianatan sahabat, hingga perkara ego anak manusia Hindia Belanda yang ingin berdiri sejajar dengan bangsa Barat.

Kendati bertajuk trilogi, baru dua buku yang terbit, yakni: Tan, Sebuah Novel (2016) dan Tan, Gerilya Internasional (2017). Novel pertama mengisahkan riwayat perjalanan Tan Malaka mulai dari Haarlem hingga pemberontakan PKI 1926-1927. Sementara novel kedua, mengulas kerjasama antara PARI di luar negeri dan PNI Sukarno di Indonesia untuk memerdekaan tanah air.


Tan, Sebuah Novel lumayan mendapat apresiasi publik. Sudah ada tiga penghargaan yang didapatnya, yaitu:  Novel Unggulan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (2010), Tiga Besar Buku Prosa Terbaik Pilihan Majalah Tempo (2016), Novel Terbaik versi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendibud (2017)

Tidak ada komentar