Header Ads

Apa yang terucap akan lenyap, apa yang tertulis akan mengabadi

Namaku Mata Hari

Judul : Namaku Mata Hari
Pengarang : Remy Sylado
Penerbit: Gramedia
Tebal: 559 


Mungkin sudah banyak yang tahu tentang novel ini, terutama bagi mereka yang menyukai novel sejarah. Saya pribadi baru membeli buku ini pada pertengahan tahun 2012 yang lalu saat ada bookfair di Gramedia dan baru mulai membaca pada Bulan November. Lama buku ini saya tinggalkan untuk membaca buku-buku yang lain terlebih dahulu. Alasannya? ya karena tebalnya itu lho 559 halaman hehe seperti novel Remy Sylado yang lain.
Namaku Mata Hari adalah novel bergenre sejarah. Novel ini diangkat dari kehidupan seorang perempuan Belanda berdarah Indonesia. Ia adalah seorang perempuan yang amat merdeka: penari telanjang, pelacur, petualang cinta plus mata-mata dua Perancis dan Jerman  pada masa Perang Dunia I.
Mata Hari bernama asli Margaretha Geertruida Zelle lahir pada 7 Agustus 1876 di Leeuwarden, Belanda. Ia menikah pada usia 18 tahun kemudian mengikuti suaminya, Rudolf John Macleod, yang ditugaskan di Hindia Belanda. Di bumi Indonesia inilah Margaretha kemudian bertranformasi menjadi Mata Hari. Semua ini bermula pada kerumuk dendamnya kepada sang suami. Dan lembar kehidupan barunya pun dimulai.
Mata Hari boleh disebut sebagai perempuan yang hidup melintasi zamannya. Seperti alasannya saat memutuskan menjadi seorang pelacur kelas atas: “Kalau laki-laki bisa, kenapa perempuan tidak bisa,” 

Tentu saja Mata Hari paham bahwa geliatnya amat bertolak belakang dengan pandangan dunia. Tetapi dengan santai pula ia menjawab: “Semua kebenaran yang ada di kulit bumi ini takarannya sementara: ada saatnya manusia menikmati ketawa karena senang, ada pula saatnya manusia mesti membiarkan air matanya tumpah sampai cadangannya habis karena susah.”

Tidak ada komentar